KEKERASAN TERHADAP ANAK

Akhir-akhir ini masyarakat diresahkan dengan tindakan tidak layak yang dilakukan anak di bawah umur. Salah satu contohnya adalah maraknya aksi perundungan (bullying) antar teman sebaya yang dilakukan bocah yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, bahkan sekolah dasar.

Kurangnya pengawasan orangtua dinilai menjadi penyebab mereka menjadi nekat melakukan aksi tersebut. Sehingga tak ayal semakin hari kejahatan yang dilakukan oleh anak makin marak, karena minimnya perhatian dari para orangtua. Padahal, ada istihal orangtua merupakan pihak yang pertama mendidik untuk membentuk karakter anak saat bersentuhan langsung dengan masyarakat sekitar.

“Untuk beberapa fakta bahwa orangtua tidak peduli memang masih cukup mewakili. Hal pertama adalah orangtua yang gagal menjadi orangtua, dan orang tua yang gagal paham memahami anaknya, itu yang terjadi,” kata Koordinator Divisi Sosialisasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Erlinda.

Selain itu, kata dia, hal yang begitu memprihatinkan adalah pasangan-pasangan muda saat ini belum mendapatkan bimbingan bagaimana membangun rumah tangga yang pada akhirnya bisa menciptakan anak-anak berkarakter serta unggulan.

“Anak-anak yang memang daya juang tinggi dan bisa bersaing di dunia internasional dengan masyarakat yang nanti hadir di Indonesia,” imbuhnya.

Ia melanjutkan, teknologi informasi yang tidak dibarengi literasi positif dan pengendalian mental membuat teknologi berpotensi memicu kekerasan. “Ini juga menyebabkan kelumpuhan orangtua untuk bisa membangun komunikasi yang hangat kepada anak-anak mereka,” tukasnya.